Harga Emas Tetap Trengginas Meski Investor Harap-Harap Cemas
PT. Equityworld Futures Manado – Harga emas masih melanjutkan tren penguatan pada awal perdagangan hari ini, dengan menguat selama enam hari beruntun. Harga emas di pasar spot masih di atas level psikologis US$2.000 per troy ons karena spekulasi jeda The Federal Reverse (The Fed) dan kejatuhan dolar AS.
Pada perdagangan Rabu (29/11/2023) harga emas di pasar spot ditutup menguat 0,18% di posisi US$ 2.044,59 per troy ons.
Sementara, hingga pukul 06.30 WIB Kamis (30/11/2023), harga emas di pasar spot bergerak lebih tinggi atau naik 0,03% di posisi US$ 2.045,19 per troy ons. Harga tersebut adalah yang tertinggi sejak 8 Maret 2022 yang tercatat US$ 2.052,41 per troy ons.
Posisi tersebut mendekati level tertinggi sepanjang masa. Posisi tertinggi emas, bukan pada penutupan perdagangan, yang pernah disentuh emas adalah di posisi US$ 2.072,49 per troy ons.
Sementara itu, posisi penutupan tertinggi adalah pada 6 Agustus 2020 yakni US$ 2.063,19 per troy ons.
Kenaikan harga emas hingga perdagangan kemarin masih didorong dari sentimen melemahnya dolar dan ekspektasi bahwa The Fed AS telah selesai menaikkan suku bunga. Harga emas telah mencapai level tertinggi dalam lebih dari enam bulan.
Harga emas kini masuk area short trend bullish, dengan indeks dolar dalam tren menurun di tengah harapan The Fed tidak akan lagi menaikkan suku bunga dan bahkan mungkin akan memangkasnya pada musim semi tahun depan.
Hal ini juga dapat dibuktikan dengan perangkat CME FedWatch, di mana sebanyak 98,5% pasar memprediksi The Fed akan kembali menahan suku bunga acuannya di pertemuan Desember mendatang.
Sementara 49,5% berekspektasi The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga pertamanya sebesar 25 basis poin (bps) pada Mei 2024 menjadi 5-5,25%.
Ekspektasi tersebut ikut menyeret ke bawah indeks dolar dan imbal hasil US Treasury.
Indeks dolar ada di posisi 102,84 pada perdagangan kemarin, Rabu 929/11/2203). Meski menguat, indeks dolar bergerak di level terendahnya sejak pertengahan Agustus atau tiga bulan lebih.
Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun ada di angka 4,26% pada perdagangan kemarin, terendah sejak pertengahan September 2023 atau dua bulan lebih.
Hal ini juga dapat dibuktikan dengan perangkat CME FedWatch, di mana sebanyak 98,5% pasar memprediksi The Fed akan kembali menahan suku bunga acuannya di pertemuan Desember mendatang.
Sementara 49,5% berekspektasi The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga pertamanya sebesar 25 basis poin (bps) pada Mei 2024 menjadi 5-5,25%.
Adapun, Investor akan memantau data Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) AS pada hari ini, yang merupakan indikator inflasi pilihan The Fed. Fokusnya juga tertuju pada revisi angka PDB AS kuartal ketiga yang dijadwalkan pada hari Rabu kemarin.
Inflasi PCE periode Oktober 2023, diperkirakan melandai menjadi 3,4% secara tahunan (year-on-year/yoy) dan menurun menjadi 0,2% secara bulanan (month-to-month/mtm).
Diketahui tingkat inflasi PCE tahunan di AS stabil pada angka 3,4% pada bulan September 2023, sama dengan tingkat inflasi yang direvisi turun sebesar 3,4% pada bulan sebelumnya dan sejalan dengan perkiraan.
Ekonomi Negeri Paman Sam tumbuh sebesar 5,2% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal III-2023. Berdasarkan data estimasi kedua dari Biro Analisis Ekonomi AS yang dirilis hari in i, realisasi tersebut lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 4,9% dan proyeksi para analis sebesar 5%.
Sementara itu, investor masih merespons positif dari pernyataan Gubernur bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Christopher Waller, yang mengungkapkan rasa percaya dirinya jika kebijakan The Fed “saat ini sudah dalam posisi yang baik” dalam menekan inflasi.
Adapun pada kuartal sebelumnya,pertumbuhan ekonomi AS hanya sebesar 2,1% setelah turun selama tiga kuartal berturut-turut.Hasil pada kuartal III pun menandai pertumbuhan terkuat sejak kuartal terakhir 2021.
Harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat. Kondisi ini tak menguntungkan emas karena dolar yang menguat membuat emas sulit dibeli sehingga permintaan turun. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.
Namun, suku bunga yang lebih rendah akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury melemah, sehingga dapat menurunkan opportunity cost memegang emas. Sehingga emas menjadi lebih menarik untuk dikoleksi.
CNBC Indonesia Research
research@cnbcindonesia.com
No Comments