Ancaman Resesi AS Bikin Panik, Pemilik Emas Masih Bisa Tertawa?
Equityworld Futures Manado – Emas menjadi salah satu pilihan investasi yang aman di tengah ketidakpastian yang meningkat dari ancaman resesi. Namun, gerak emas akhir-akhir ini malah mengalami anomali.
Berbicara soal kekhawatiran resesi AS, ini muncul setelah mendapat peringat dari indeks Sahm Rule Recession yang naik ke 0,53. Indeks ini digunakan untuk identifikasi awal resesi berdasarkan tingkat pengangguran di negeri Paman Sam.
Indikator ini memicu peringatan resesi ketika rata-rata bergerak tiga bulan dari tingkat pengangguran naik sebesar 0,5 poin persentase atau lebih tinggi dari tingkat terendahnya dalam 12 bulan sebelumnya.
Pelaku pasar cemas terjadi resesi setelah data pasar tenaga kerja AS melambat jauh dari perkiraan selama bulan Juli 2024. Hal ini terlihat dari data Non Farm Payrolls yang menambah 114.000 lapangan pekerjaan, ini jauh di bawah angka bulan sebelumnya sebanyak 179.000 dan dari yang diharapkan sebesar 175.000.
Angka tersebut menjadi yang terendah dalam tiga bulan terakhir, di bawah rata-rata kenaikan bulanan sebesar 215.000 dalam 12 bulan. Alhasil, tingkat pengangguran AS terkerek naik jadi 4,3% dari bulan sebelumnya 4,1%, mencetak rekor tertinggi sejak Oktober 2021.
Perlambatan pasar tenaga kerja juga terjadi di tengah kondisi manufaktur AS yang lemah. Dalam empat bulan terakhir, PMI Manufaktur AS yang dilaporkan ISM terus turun dan masih betah di level terkontraksi.
Hal ini semakin mengkonfirmasi bahwa kondisi perekonomian AS membutuhkan booster likuiditas, salah satunya dengan pelonggaran kebijakan moneter bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) melalui pemangkasan suku bunga.
Prospek suku bunga turun pun menjadi kian meningkat. Kondisi ini sebenarnya menguntungkan bagi sejumlah instrumen lantaran indeks dolar akan melandai yang memicu aliran dana kembali ke pasar.
Namun, kekhawatiran terhadap resesi atau hard landing yang meningkat ini menjadikan uang akan cenderung lari ke tempat yang lebih aman atau safe haven, seperti emas.
Lantas bagaimana prospek emas di tengah ancaman resesi yang semakin meningkat?
Pergerakan harga emas pada hari ini, Senin (5/8/2024)masih volatile. CNBC Indonesia memantau hingga pukul 13.30 WIB, harga emas dunia (XAU) masih terkoreksi 0,49% ke posisi US$ 2.431,08 per troy ons.
Jika hari ini ditutup merah, berarti harga emas akan melanjutkan koreksi selama tiga hari beruntun. Harga emas seharusnya cenderung meningkat di saat ketidakpastian meningkat, tetapi hari ini malah bergerak ke arah anomali.
Meski begitu, jika berbicara tren, harga emas masih dalam kenaikan sekitar 18% sejak awal tahun dan sudah sempat mencetak level All Time High di US$ 2.483,60 per troy ons pada perdagangan intraday 17 Juli 2024.
Harga saat ini sebenarnya sudah mencapai di atas target dari beberapa lembaga, seperti Citi yang menargetkan harga emas di US$2.350 per troy ons. Lembaga ini kemudian menaikkan lagi target harga rata-rata emas sebesar 40% menjadi US$2.875 per troy ons.
Citi juga mengatakan pihaknya memperkirakan harga emas akan mencapai US$3.000 per troy ons dalam 6-18 bulan ke depan karena arus masuk modal ke emas meningkat sebagai antisipasi penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed)
Lalu ada Goldman Sachs, mengatakan logam mulia berada dalam pasar bullish yang tidak tergoyahkan, dan karenanya menaikkan target akhir tahun menjadi US$2.700 per troy ons. Secara terpisah, UBS memiliki target akhir tahun sebesar US$2.500 per troy ons.
CNBC INDONESIA RESEARCH
No Comments