IHSG Ditutup Ambruk 1,1%, Sentuh Level Terendah Sepanjang Tahun!
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambruk lebih dari 1% pada perdagangan Jumat (7/6/2024), meski sentiment pasar pada hari ini cenderung positif.
Hingga akhir perdagangan, IHSG ditutup ambruk 1,1% ke posisi 6.897,95. IHSG pun terkoreksi hingga menyentuh level psikologis 6.800, level terendah sepanjang tahun ini atau sejak November 2023.
Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 8,4 triliun dengan volume transaksi mencapai 13 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 815.069 kali. Sebanyak 232 saham naik, 309 saham turun, dan240 sisanya cenderung stagnan.
Tercatat sektor keuangan menjadi penekan paling besar IHSG di akhir perdagangan hari ini yakni hingga mencapai 1,35%.
Sementara itu, saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) kembali menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 25 indeks poin.
Bahkan, saham BREN kembali menyentuh auto reject bawah (ARB) pada sesi I hari ini, di mana sudah enam hari saham BREN menyentuh ARB sejak suspensinya kembali dibuka pada Rabu pekan lalu.
Perdagangan saham BREN masih mempergunakan sistem full call auction (FCA), sehingga pergerakannya cenderung sulit untuk diprediksi, meski ada Indicative Equilibrium Price (IEP) sebagai acuan pergerakannya pada hari ini.
Adapun IHSG kembali merana meski sentimen pasar global pada hari ini cenderung positif, setelah bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya, menjadi yang pertama bank sentral Negara Barat yang telah menurunkan suku bunga acuannya.
ECB kemarin menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin untuk pertama kalinya sejak 2019 dari level tertingginya sebesar 4,5%.
Suku bunga utama diturunkan menjadi 4,25%, suku bunga fasilitas simpanan menjadi 3,75%, dan suku bunga pinjaman marjinal menjadi 4,5%. Namun, tekanan harga dalam negeri masih tetap tinggi, yang menunjukkan masih adanya tantangan inflasi.
Inflasi di 20 negara yang menggunakan mata uang euro telah turun dari lebih dari 10% pada akhir 2022 menjadi sedikit di atas target ECB sebesar 2% dalam beberapa bulan terakhir, sebagian besar disebabkan oleh rendahnya biaya bahan bakar dan normalisasi pasokan setelah beberapa kendala paska pandemi.
Namun kemajuan tersebut terhenti baru-baru ini dan apa yang tampak seperti dimulainya siklus pelonggaran ECB beberapa minggu yang lalu kini tampak lebih tidak pasti karena tanda-tanda bahwa inflasi zona euro mungkin akan stagnan atau stagflasi, seperti yang terjadi di Amerika Serikat (AS)
Para pelaku pasar juga mengharapkan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengikuti jejak dari ECB yang memangkas suku bunganya pada tahun ini.
Mengutip perangkat FedWatch, probabilitas The Fed mempertahankan suku bunga pada pertemuan bulan ini sebesar 99,9%.
Para pelaku pasar melihat kemungkinan penurunan suku bunga tahun ini terjadi dua kali, yakni pada pertemuan September dan Desember.
Harapan ini didukung oleh sejumlah data tenaga kerja dan performa manufaktur Amerika Serikat yang terlihat lesu.
Terbaru, jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat minggu lalu dan biaya unit tenaga kerja naik lebih kecil dari perkiraan sebelumnya pada kuartal pertama, menunjukkan pasar tenaga kerja sedang mendingin tetapi tidak cukup untuk menghilangkan keraguan Federal Reserve terhadap kebijakan tersebut. mulai memotong suku bunga.
Klaim awal tunjangan pengangguran negara bagian naik 8.000 menjadi 229.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 1 Juni, Departemen Tenaga Kerja mengatakan pada hari Kamis. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan 220.000 klaim pada minggu terakhir.
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
No Comments