
Hancur Lebur! AS & China Buat Harga Emas Jatuh 3,5%, Terburuk 4 Tahun
Harga emas ambruk ke level terendah dalam lima pekan terakhir. Ambruknya harga emas sejalan dengan data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang lebih kencang dari proyeksi serta bank sentral China yang tidak membeli emas.
Merujuk Refinitiv, harga emas ditutup di posisi US$ 2.292,71 per troy ons pada akhir perdagangan pekan ini, Jumat (7/6/2024). Harganya ambruk 3,49% sehari. Harga penutupan kemarin adalah yang terendah sejak 30 April 2024 atau lebih dari lima pekan terakhir.
Kejatuhan harga emas sebesar 3,49% sehari adalah yang terdalam sejak 12 Maret 2020 (3,53%) atau lebih dari empat tahun terakhir. Harga emas jatuh dalam pada Maret 2020 karena pandemi Covid-19.
Dalam sepekan, harga emas ambruk 1,47% sepekan. Artinya, harga emas sudah ambruk dalam tiga pekan terakhir.
Harga emas babak belur setelah data menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih panas. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan non-farm payrolls meningkat hingga 272.000 pada Mei, angka ini jauh di atas ekspektasi pasar yakni 185.000.
Sebagai catatan, non-farm payrollss merupakan laporan penggajian sektor tenaga kerja di AS di luar pertanian. Sekitar 80% tenaga kerja AS yang tercatat bekerja di bidang manufaktur, konstruksi, dan barang.
Lonjakan non-farm payrolls membuat pasar semakin pesimis akan pemangkasan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) mengecil.
Masih kencangnya data tenaga kerja AS juga membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury terbang.
Indeks dolar ditutup di posisi 104,89 pada Jumat kemarin. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak 23 Mei 2024. Sementara itu, imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun melesat ke 4,43% atau tertinggi sepanjang bulan ini.
“Emas seperti mengalami sakit perut karena mengalami dua kali pukulan sekaligus dari data tenaga kerja AS dan konsumsi China menahan diri,” tutur analls Tai Wong, dikutip dari Reuters.
Sementara itu, bank sentral China (PboC) dilaporkan tidak membeli emas pada Mei. Ini adalah kali pertama PBoC China menahan emas setelah melakukan pembelian 18 bulan beruntun.
Menurut data World Gold Council, bank sentral China menjadi salah satu bank sentral yang paling agresif dengan terus membeli emas sejak November 2022 atau selama 18 bulan beruntun dengan total pembelian mencapai 316 ton Cadangan emas China kini di angka 2.264,3 ton.
“China diperkirakan masih akan terus membeli emas tetapi kebijakan mereka tidak membeli emas (di Mei) menunjukkan bahwa mereka juga manusia. Kenaikan harga emas membuat mereka membayar mahal saat membeli,” ujar Ole Hansen, kepala departemen komoditas Saxo Bank.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
No Comments