Blog

Harga Emas Terkoreksi Walau Sempat Cetak Rekor, Ini Penyebabnya

10:01 18 March in Business, Commodity, Economy, Global, Gold, Market Review, Uncategorized
0 Comments
0

PT. Equityworld Futures Manado – Harga emas mengakhiri perdagangan pekan ini dengan koreksi wajar setelah awal pekan ini di mulai dengan level tertinggi sepanjang masa. Meski terkoreksi, harga emas yang masih berada di level tinggi ini masih menjadi euforia pelaku pasar. Volatilitas ini disebabkan berbagai faktor, mulai dari tingkat inflasi hingga emas yang diborong berbagai bank sentral

Pada perdagangan Jumat (15/3/2024) harga emas di pasar spot ditutup melemah 0,25% di posisi US$ 2.161,01 per troy ons. Pada awal pekan ini, harga emas sempat mencapai level tertinggi sepanjang masa berada di level US$ 2.182 per troy ons yang dicapai pada Senin.

Harga emas turun pada perdagangan Kamis setelah kenaikan indeks harga produsen (PPI) AS atau inflasi di level produsen yang lebih besar dari perkiraan pada periode Februari mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga lebih awal oleh The Federal Reserve (The Fed), sehingga meningkatkan imbal hasil Treasury dan dolar AS.

Harga produsen (PPI) AS meningkat 0,6% pada periode Februari di tengah lonjakan harga barang seperti bensin dan makanan, yang dapat memicu kekhawatiran bahwa inflasi akan kembali meningkat.

Sementara Indeks Harga Konsumen (CPI) naik 3,2% pada periode Februari, meleset dari ekspektasi pasar sebesar 3,1% yang sedikit lebih rendah dan lebih tinggi dari 3,1% pada periode Januari.

Inflasi yang lebih tinggi menambah tekanan pada The Fed untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi, sehingga membebani aset-aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas.

Meski demikian, harga emas sempat mengalami reli dengan mencatatkan rekor beberapa kali. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti harapan dari pelaku pasar terkait siklus pemotongan suku bunga The Fed menghasilkan pemotongan sebesar 125 basis poin (bp) pada semester kedua tahun 2024, sehingga mendorong harga emas ke level tertinggi baru.

Pada kuartal kedua 2024, ekonom J.P. Morgan memperkirakan pertumbuhan AS akan melambat menjadi 0,5% kuartal-ke-kuartal. Hal ini akan mendorong The Fed untuk mulai menurunkan suku bunganya pada Juni, yang pada akhirnya akan melakukan pemotongan sebesar 125 bps pada semester kedua tahun ini untuk menghindari resesi.

Selain itu, faktor-faktor yang mendukung kenaikan harga ini adalah ketidakpastian geopolitik, kemungkinan melemahnya dolar AS, dan potensi penurunan suku bunga. Namun sebelum mengandalkan faktor-faktor ini di masa depan, kita harus memahami bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi masa lalu.

Faktor selanjutnya adalah hubungan antara harga emas dan imbal hasil riil obligasi pemerintah AS. Ketika imbal hasil riil menurun, obligasi kehilangan daya tariknya, dan investor beralih ke emas. Ketika tren berbalik dan imbal hasil riil mulai meningkat, investor kembali ke obligasi.

Faktor utama lainnya yang mempengaruhi harga emas adalah inflasi, meningkatnya permintaan dari bank sentral, de-dolarisasi negara berkembang, situasi mikroekonomi, dan geopolitik. Kombinasi faktor-faktor ini akan menciptakan kondisi bagi pertumbuhan harga emas.

Ditambah lagi, penyebab yang tidak kalah penting adalah harga emas terus mengalami kenaikan, seiring dengan ketegangan geopolitik dan pembelian emas oleh enam bank sentral di bulan Januari 2024 yang mencapai 39 ton.

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

No Comments

Post a Comment