Blog

 Harga emas dunia masih melemah di tengah lonjakan indeks dolar Amerika Serikat (AS)

10:50 08 October in Business, Commodity, Economy, Global, Gold, Info dan Kegiatan, Market Review, Uncategorized
0 Comments
0

Equityworld Futures Manado – Harga emas dunia masih melemah di tengah lonjakan indeks dolar Amerika Serikat (AS) dan imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun yang melesat tajam.

Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan Senin (7/10/2024) harga emas dunia melemah 0,33% ke angka US$2.643,58.

Harga emas udah melemah empat hari beruntun dengan pelemahan mencapai 0,73%.

Emas masih melemah pada hari ini, Selasa (8/10/2024). pada hari ini pukul 06.50 WIB, harga emas kembali melemah tipis 0,03% ke angka US$ 2.642,74 per troy ons.

Harga emas turun karena angka-angka terbaru yang menunjukkan kekuatan pasar tenaga kerja AS yang diragukan dalam beberapa bulan terakhir, telah menghasilkan apresiasi kuat dolar sebesar 2,13% sejak 30 September, dan imbal hasil obligasi 10 tahun telah naik di atas 4%.

Dalam kedua kasus ini, elemen-elemen tersebut menjadi racun bagi emas, tetapi terutama yang pertama, karena harga emas yang dinyatakan dalam dolar memiliki korelasi terbalik dengan mata uang, membuat emas lebih murah ketika dolar menguat. Di sisi lain, obligasi yang menawarkan imbal hasil ini pada harga rendah memberikan alternatif aset defensif bagi investor untuk melindungi uang mereka.

Untuk diketahui, data ketenagakerjaan AS pekan lalu menunjukkan bahwa pada September sebesar 254.000 pekerjaan non-pertanian yang tercipta, dibandingkan dengan 150.000 yang diharapkan serta laju pengangguran mengalami penurunan menjadi 4,1%.

Data ini memberikan semangat bagi mereka yang lebih optimis terhadap ekonomi AS menghadapi guncangan suku bunga. Dalam konteks ini, bank sentral AS (The Fed) mendapatkan amunisi untuk melanjutkan jalur normalisasi moneternya dengan lebih tenang.
Sejumlah analis menjelaskan penurunan dolar yang berkelanjutan sepanjang tahun ini dan pemotongan suku bunga adalah kunci untuk memahami kenaikan logam mulia.

“Pembelian bank sentral, perannya sebagai aset aman, devaluasi mata uang menghadapi inflasi yang meningkat, risiko gagal bayar, dan pemotongan suku bunga oleh The Fed adalah beberapa katalis yang telah mendorong emas ke level tertinggi tahun ini.” tutur analis XTB dalam website resmi mereka.

Kekuatan dolar yang mengejutkan belakangan ini justru diperkuat oleh konflik geopolitik di Timur Tengah.

“Dolar adalah aset yang bertindak sebagai safe haven baik dalam masa krisis di berbagai bidang (ekonomi, energi, politik) karena dalam masa ketidakpastian, kepercayaan terhadap mata uang adalah perisai terhadap ketidakpastian.” imbuh laporan tersebut.
Di sisi lain, ada masalah lain yang kurang mendapat perhatian yakni berkurangnya pembelian emas oleh bank sentral. Pembelian bank sentral adalah kunci kenaikan harga emas tahun lalu di tengah kondisi suku bunga tinggi (dan dolar), inflasi tinggi, dan ketenangan geopolitik yang lebih besar.

Semua argumen fundamental di atas tampaknya mendukung penurunan logam tersebut tetapi emas tetap menguat. Salah satu penjelasan yang paling jelas adalah bahwa bank sentral yang lebih jauh dari AS, seperti China atau India, membeli logam kuning dalam jumlah besar untuk memiliki aset yang tidak terpengaruh oleh kekuatan dolar. Ini menyebabkan permintaan yang sangat besar.

Pembelian emas oleh bank sentral ibarat “Dewa Penyelamat” emas yang membuat sang logam mulia terbang. Sebagai catatan, permintaan (bersih) bank sentral terhadap emas pada 2023 menembus 1.037 ton.

Pada Agustus 2024, pembelian bersih emas oleh bank sentral bahkan hanya mencapai 8 ton atau terendah sejak Maret 2024. Hingga Juli 2024, pembelian emas bank sentral baru mencapai 179 ton.

Bank sentral China (PBoC) menjadi pembeli terbesar dengan total pembelian 225 ton, rekor tertingginya sejak 1977. Namun, PBoC jauh mengurangi pembelian emas tahun ini bahkan sudah menghentikannya sejak April lalu.

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com

No Comments

Post a Comment