Blog

Sejarah Baru! Harga Emas Rekor Lagi, Tembus US$ 2.300

07:32 04 April in Business, Commodity, Economy, Global, Gold, Market Review, Uncategorized
0 Comments
0

PT. Equityworld Futures Manado – Harga emas lagi-lagi mencetak rekor tertinggi barunya pada perdagangan Rabu (3/4/2024), karena investor terus menilai prospek kebijakan ekonomi dan moneter global serta ketidakpastian yang masih cukup tinggi di global membuat investor terus memburu emas.

Merujuk data Refinitiv, harga emas ditutup di posisi US$ 2.299,17 per troy ons atau melesat 0,84%. Lagi dan lagi, harga emas dunia kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masanya. Dengan ini, maka sudah empat hari beruntun emas mencetak rekor tertingginya.
Emas juga sudah menguat selama tujuh baru beruntun dengan penguatan mencapai 6,3%. Harga emas terus mencetak rekor sejak Kamis pekan lalu atau empat hari perdagangan terakhir.

Sementara pada Rabu pagi hari ini sekitar pukul 05:55 WIB, harga emas kembali melanjutkan penguatan yakni naik tipis 0,08% menjadi US$ 2.300,99 per troy ons.

Pada posisi harga pagi hari ini menjadi yang pertama kalinya sepanjang sejarah harga emas menyentuh level psikologis US$ 2.300 per troy ons.

Kenaikan harga emas dunia justru terjadi di tengah meningkatnya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS), US Treasury dalam beberapa hari terakhir.

Hingga perdagangan Rabu kemarin, yield Treasury tenor 10 tahun yang merupakan acuan obligasi pemerintah AS naik 2 basis poin (bp) menjadi 4,349%. Posisi ini menjadi yang tertinggi sejak November 2023.

Harga emas biasanya langsung nyungsep begitu imbal hasil naik. Pasalnya, emas tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury bisanya membuat emas keok.

Namun, dolar AS yang melemah turut menjadi penopang harga emas kemarin hingga hari ini. Indeks dolar AS pada penutupan perdagangan kemarin melandai hingga 0,54% ke posisi 104,25.

“Emas melonjak ke rekor tertinggi dalam sejarah karena peningkatan volume perdagangan setelah Powell menekankan bahwa ‘benjolan’ yang terjadi tidak mengubah gambaran keseluruhan,” kata Tai Wong, pedagang logam independen yang berbasis di New York, dikutip dari Reuters.

Melonjaknya permintaan terhadap emas juga didorong dari panasnya situasi di Timur Tengah. Emas adalah aset aman yang dicari saat eskalasi geopolitik meningkat.

Sebelumnya, sebuah rudal Israel berhasil mengenai Kantor Konsulat Iran di Damaskus. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan 11 orang tewas dalam serangan itu.

Iran mengatakan bahwa beberapa diplomat lama tewas bersama Brigjen Mohammad Reza Zahedi dan wakil Zahedi, Jenderal Haji Rahimi. Dilaporkan juga bahwa Brigjen Hossein Amirollah, kepala staf umum pasukan al-Quds di Suriah dan Lebanon, termasuk di antara korban.

Iran pun bersumpah akan membalas dendam kepada Israel atas serangan udara terhadap kompleks kedutaan Iran di Damaskus.

Sebelumnya Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell dalam pidatonya di acara Economic Outlook di Stanford Business, Government, and Society Forum, Stanford, California, mengatakan bahwa butuh waktu yang cukup lama bagi para pengambil kebijakan untuk mengevaluasi keadaan inflasi saat ini, sehingga menentukan waktu potensi penurunan suku bunga masih belum pasti.

Powell juga mengatakan bahwa jika perekonomian berkembang secara luas seperti yang diperkirakan sebelumnya, Dia dan rekan-rekannya di The Fed sebagian besar setuju bahwa kebijakan suku bunga yang lebih rendah akan tepat pada suatu saat di tahun ini.

Namun, belum pasti kapan suku bunga acuan dapat dipangkas. Meski begitu, investor masih memperkirakan penurunan suku bunga pertama pada pertemuan kebijakan The Fed pada 11-12 Juni, meskipun data ekonomi baru-baru ini yang lebih kuat telah menimbulkan keraguan investor terhadap hasil tersebut.

Berdasarkan perangkat CME FedWatch, investor di AS memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 61,5% pada Juni, turun dari sekitar 63,8% pada pekan lalu.

Emas yang merupakan aset lindung nilai (hedging) terhadap inflasi dan aset safe haven selama masa ketidakpastian politik dan ekonomi, telah melonjak lebih dari 11% sepanjang tahun ini, dibantu oleh kuatnya pembelian oleh bank sentral dan masih tingginya permintaan.

 

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

No Comments

Post a Comment