Blog

Harga Emas Dekati Rekor, Emiten Mana Paling Kasih Cuan?

07:41 01 December in Business, Commodity, Economy, Global, Gold, Market Review, Uncategorized
0 Comments
0

PT. Equityworld Futures Manado – Harga emas saat ini masih konsisten bertengger di atas level psikologis US$ 2000 per troy ons dan semakin mendekati level tertingginya sepanjang masa. Hal ini bisa menjadi sentimen positif yang potensi menggerakkan harga saham emiten pemilik tambang emas.

Melansir data Refinitiv, emas dunia di pasar spot pada perdagangan hari ini, Kamis (30/11/2023) ditutup di posisi US$ 2035,75 per troy ons, masih menempel level tertinggi sejak 8 Maret 2022 yang tercatat US$ 2.052,41 per troy ons.

Posisi tersebut mendekati level tertinggi sepanjang masa. Posisi tertinggi emas, bukan pada penutupan perdagangan, yang pernah disentuh emas adalah di posisi US$ 2.072,49 per troy ons. Sementara itu, posisi penutupan tertinggi adalah pada 6 Agustus 2020 yakni US$ 2.063,19 per troy ons.

Sepanjang November, harga emas melonjak 2,68%.

Harga emas yang terus naik terjadi lantaran prospek suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) yang potensi sudah mencapai titik puncaknya, sehingga tahun depan diharapkan akan ada kebijakan yang melunak dengan menurunkan suku bunga.

Baca Juga : Harga Emas Jatuh Setelah Terbang 5 Hari, Sanggup Bangkit?

Sebagaimana diketahui, The Fed sejak Maret 2022 lalu telah menaikkan suku bunga sebanyak 11 kali. Tahun ini, masih akan ada sekali lagi pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 13 Desember mendatang dengan proyeksi suku bunga akan dipertahankan pada ke level 5,25% – 5,50%, posisi ini di gadang bakal menjadi puncaknya atau terminal rate.

Hal ini juga dapat dibuktikan dengan perangkat CME FedWatch, di mana sebanyak 98,5% pasar memprediksi The Fed akan kembali menahan suku bunga acuannya di pertemuan Desember mendatang.
Sementara 49,5% berekspektasi The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga pertamanya sebesar 25 basis poin (bps) pada Mei 2024 menjadi 5-5,25%.

Selain itu, faktor pendongkrak harga emas datang dari indeks dolar yang terus menyusut, bahkan per Rabu (29/11/2023) DXY terpantau mencapai level terendah-nya selama tiga bulan terakhir ke posisi 102,84.

Beberapa emiten tambang emas di Tanah Air yang potensi dapat berkah dari kenaikan harga emas diantaranya ada PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Archi Indonesia Tbk (ARCI), PT Bumi Resources Mineral Tbk (BRMS), dan PT United Tractors Tbk (UNTR).

Emiten yang harga sahamnya paling sensitif terhadap kenaikan harga emas biasanya adalah yang memiliki pendapatan paling banyak dari segmen emas. Secara lebih rinci, berikut ada perbandingan segmen emas terhadap total pendapatan dari lima emiten tambang emas per September 2023 :

Dari data di atas, nampak bahwa ARCI punya pendapatan 100% dari mengelola bisnis emas, kemudian diikuti BRMS yang mencapai 96,95%. Sementara paling kecil ada UNTR yang punya porsi pendapatan dari segmen emas hanya sebesar 4,39%.

Dengan porsi pendapatan emas yang besar ditambah sentimen positif harga emas yang terus naik membuat harga saham beberapa emiten tersebut naik cukup atraktif. Selama sebulan terakhir hingga 30 November 2023, secara berurutan dari yang punya porsi pendapatan paling banyak terbukti mencatatkan kenaikan harga saham lebih tinggi.

Saham BRMS dan ARCI menjadi dua teratas dengan kenaikan harga saham selama sebulan, masing-masing sebesar 7,45% dan 5,00%. Pada periode yang sama, kemudian diikuti penguatan saham MDKA dan ANTM masing masing sebesar 2,92% dan 2,12%.

Di lain sisi, UNTR malah mencatatkan koreksi dengan pelemahan harga saham sebesar -6,95%.
Sebagai catatan, UNTR punya kinerja harga saham yang masih dalam zona merah disinyalir karena punya porsi pendapatan yang cukup besar dari batubara. Sebagaimana diketahui, harga batubara sudah turun cukup dalam selama setahun terakhir hingga lebih dari 50%.

 

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

No Comments

Post a Comment