Harga emas global kembali turun tajam karena penguatan dolar AS dan lonjakan imbal hasil US Treasury
Equityworld Futures Manado – Harga emas global kembali turun tajam karena penguatan dolar AS dan lonjakan imbal hasil US Treasury, yang mengurangi daya tarik emas sebagai aset aman. Setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilu, pasar memperkirakan kebijakan fiskal agresif yang bisa meningkatkan inflasi dan memperkuat dolar. Pada perdagangan Kamis (14/11/2024), harga emas spot tercatat melemah 0,9% menjadi US$ 2.573,78 per troy ons, terendah sejak dua bulan terakhir, setelah empat hari berturut-turut mengalami pelemahan dengan total penurunan hampir 5%.
Indeks dolar AS (DXY) mencapai level tertinggi sejak lebih dari setahun di 106,505, sementara imbal hasil obligasi US Treasury tenor 10 tahun mencatat rekor 4,43%. Kenaikan ini terjadi setelah data inflasi AS bulan Oktober menunjukkan kenaikan tahunan 2,6%, melampaui bulan sebelumnya yang berada di 2,4%. Inflasi inti tetap di 3,3% tahunan, sementara inflasi bulanan bertahan di 0,2%. Data ini mengurangi ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga bulan depan; probabilitasnya turun dari 82,73% menjadi 58,7%, menurut CME FedWatch Tool.
Kebijakan Trump yang pro-tarif diperkirakan akan mendukung permintaan dolar lebih kuat, yang berdampak negatif bagi emas karena harga emas yang berdenominasi dolar menjadi lebih mahal. Menurut analis StoneX, Rhona O’Connell, prospek inflasi yang lebih tinggi dapat menahan The Fed untuk melakukan pelonggaran lebih lanjut. Hal ini meningkatkan volatilitas emas, dengan level psikologis US$ 2.600 per troy ons menjadi area penting bagi pergerakan harga emas ke depan.
Volatilitas emas diperkirakan akan tetap tinggi karena pasar mengantisipasi perkembangan kebijakan Trump dan keputusan The Fed bulan depan. Kenaikan dolar yang berkelanjutan dapat mempengaruhi pasar global, termasuk arus modal ke negara berkembang seperti Indonesia, di mana investor mungkin lebih memilih aset dolar yang dianggap lebih aman.
No Comments