Blog

Roller Coaster Dimulai, Harga Emas Terbang Setelah Hancur Lebur

00:32 11 June in Business, Commodity, Economy, Global, Gold, Info dan Kegiatan, Market Review, Uncategorized
0 Comments
0

Harga emas dunia berhasil rebound setelah terperosok dalam pada pekan lalu. Namun, risiko penurunan masih membayangi lantaran persepsi tren suku bunga tinggi masih berlanjut.

Melansir Refinitiv, harga emas pada perdagangan kemarin, Senin (10/6/2024) berakhir menguat 0,78% ke posisi US$ 2.310,53 per troy ons. Penguatan ini menjadi rebound setelah terjadi koreksi dalam pada Jumat (7/6/2024) sebesar 3,49%.

Sementara pada pergerakan pagi ini, Selasa (11/6/2024) hingga pukul 06.14 WIB, masih bergerak volatil, dengan cenderung ke arah koreksi tipis -0,03% ke posisi US$ 2.309,58 per troy ons.

Harga emas tampaknya masih akan bergerak volatil. Pasalnya,  indeks dolar masih terbang 0,25% ke posisi 105.15. DXY sudah naik 1% hanya dalam dua hari perdagangan.

Dengan posisi dolar yang sedang tinggi, nilai emas semakin mahal bagi pembeli dengan mata uang lain, terutama dari emerging market, termasuk Indonesia, karena mata uang-nya akan terdepresiasi.

Dolar naik ini berhubungan dengan sentimen pelaku pasar yang kini tengah menanti data inflasi AS dan keputusan bank sentral atau the Fed terkait kebijakan moneter-nya.

Pasar menanti gambaran proyeksi ekonomi dan pemangkasan suku bunga yang diharapkan bisa terjadi tahun ini. Sayangnya, sejauh ini nada hawkish masih kemungkinan besar terjadi lantaran sejumlah data ekonomi AS cenderung kuat.

“Ada begitu banyak rilis dan dan agenda ekonomi yang akan keluar dalam waktu dekat. Jadi yah harga emas akan semakin volatile dan akan lebih banyak hal-hal yang mengagetkan pekan ini,” tutur Phillip Streible, analis dari Blue Line Futures, dikutip Reuters,

Seperti akhir pekan lalu, perekonomian AS menambah 272.000 lapangan kerja di bulan Mei, hampir 100 ribu di atas ekspektasi pasar rata-rata, yang menunjukkan ketahanan pasar tenaga kerja. Hal tersebut kemudian memicu kemungkinan penurunan suku bunga pada  September telah menurun menjadi sekitar 50%, turun dari sekitar 70% sebelum rilis kebijakan tersebut.

Selain The Fed yang kemungkinan akan menahan suku bunga tinggi lebih lama, tekanan bagi harga emas juga datang dari bank sentral China (People’s Bank of China/PBoC).

PBoC dilaporkan tidak lagi membeli emas pada Mei lalu setelah memborongnya selama 18 bulan beruntun. Sebelumnya aksi beli yang masif dari PBoC dan bank sentral lainnya menjadi salah satu penopang kenaikan harga emas hingga berkali-kali memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa pada tahun ini.

Alhasil, PBoC yang berhenti membeli emas membuat pasar langsung bereaksi negatif, sehingga emas mendapat pukulan ganda.

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

No Comments

Post a Comment