Nasib Emas Berubah Drastis: Harga Jatuh 2%, Pemiliknya Spot Jantung
PT. Equitywordl Futures Manado – Harga emas layu pada pekan ini di tengah masih kencangnya inflasi Amerika Serikat (AS) serta pesimisme pasar mengenai pemangkasan suku bunga di AS.
Merujuk pada Refinitiv, Harga emas pada perdagangan terakhir pekan ini, (Jumat 926/4/2024) ada di posisi US$ 2.337,72 per troy ons atau menguat 0,25%.
Penguatan ini memperpanjang tren kenaikan emas menjadi dua hari beruntun.
Namun, dalam sepakan, harga emas ambruk. Sang logam mulia tersungkur dan harganya ambles 2,21%. Pelemahan ini berbanding terbalik dengan penguatan pada pekan lalu yang mencapai 2%.
Harga emas juga dengan cepat melandai dari rekornya sebesar US$ 2.390,45 pada 19 April lalu kini sudah terpangkas US$ 52,74 per troy ons dalam lima hari perdagangan terakhir.
Pesta pora emas yang berlangsung sejak awal April 2024 kini dengan cepat berubah. Emas kini bahkan menghadapi ancaman yakni suku bunga higher for longer karena bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) masih enggan mengindikasikan pemangkasan.
Kenaikan suku bunga AS membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury naik. Keduanya berdampak negatif ke emas.
Kenaikan dolar membuat konversi pembelian emas semakin mahal sehingga menahan pembelian. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas tertekan.
Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun kembali melonjak ke kisaran 4,7% atau rekor tertingginya dalam lima bulan.
Pasar semakin pesimis mengenai pemangkasan suku bunga di AS setelah data terbaru pengeluaran pribadi warga AS atau Personal Consumption Expenditures (PCE) masih kencang.
AS mengumumkan laju PCE buanan (month to month/mtm) stagnan di 0,3% tetapi secara tahunan (year on year/yoy) meningkat 2,7% pada Maret 2024.
PCE inti stagnan di 2,8% (yoy) pada Maret 2024. Kondisi ini menandai masih membandelnya inflasi AS sehingga bisa menghalangi The Fed memangkas suku bunga.
“Pelaku pasar fokus pada data ekonomi dan The Fed. Jika data ekonomi AS masih panas dan sulit bagi The Fed memangkas suku bunga maka emas bisa jatuh ke bawah US$ 2.200 per troy ons,” tutur Jim Wyckoff, analis dari Kitco Metals, kepada Reuters.
Namun, dia menambahkan jika dalam jangka panjang emas masih menarik karena ada ancaman ketegangan politik di AS akibat pemilu.
Dia menambahkan pembelian emas dari bank sentral juga masih membantu emas.
“Bank-bank sentral selama ini menjadi monster bagi (kenaikan harga) emas. Mereka belum menurunkan pembelian,” tuturnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
No Comments