Blog

Gen-Z China Doyan Investasi Bijih Emas, RI Ikutan?

02:27 20 March in Business, Commodity, Economy, Global, Gold, Market Review, Uncategorized
0 Comments
0

PT. Equityworld Futures Manado – Anak muda menjadi investor terbesar emas di China. Ini merupakan anomali, sebab biasanya pelanggan emas di Negeri Panda tersebut adalah investor lanjut usia. Rupanya trend ini juga terjadi di Indonesia.

Menurut survey yang dilakukan Jakpat dengan tema “2022 Investment Trend” menunjukkan bahwa gen-z dan millenials gemar investasi emas, baik logam mulia maupun perhiasan.

Sebanyak 33% Gen-Z mengelola investasi emas berupa perhiasan secara rutin/ Sementara 19% Gen-Z mengelola investasi logam mulia secara aktif.

Sementara untuk millennials, sebanyak 41% secara rutin aktif mengelola investasi perhiasan dan sebanyak 24% berupa logam mulia.

Bahkan jumlah tersebut mengalahkan jenis investasi populer seperti kripto dan saham.

Responden yang berinvestasi emas dan perhiasan memiliki 2 investasi lain dan itu adalah bervariasi untuk setiap responden, tabungan emas dan deposito bank adalah dua yang paling umum pilihan.

Riset tersebut dilakukan pada 2022 dengan mengumpulkan 2.411 responden nasional dengan margin of error di bawah 3% dan dilakukan dengan metode probability method.

Pada 2022, harga emas berada di level yang tinggi setelah pada era Covid-19 naik signifikan. Sehingga wajar emas kemudian menjadi salah satu primadona.

Baca : Hati-Hati! Harga Emas Bak Roller Coaster Jelang Pengumuman The Fed

Andai responden membeli emas pada awal 2022, yakni di harga Rp940.000 per gram dengan acuan emas Antam. Maka jika dijual sekarang sudah mendapatkan keuntungan senilai Rp151.000 per gram atau 16%.

Di waktu yang sama, pasar saham mengalami tahun yang roller coaster. Meskipun mencatatkan all time high, namun pasar saham juga jatuh dalam dua kali. Sehingga membuat pasar saham dinilai tidak stabil di tengah kondisi ekonomi yang sedang berjuang untuk pulih.

Begitu juga dengan kripto pada 2022 yang diwarnai dengan kejatuhan Bitcoin sebesar 64,28%.

Kondisi nampaknya membuat para investor Gen-Z dan millennials mengurangi minat kepada dua instrumen populer tersebut.

IHSG - Bitcoin 20222
Foto: Refinitiv
IHSG – Bitcoin 20222

Sementara di China, survei konsumen setempat yang dirilis oleh perusahaan perhiasan Chow Tai Fook pada akhir Oktober menemukan 70% konsumen berusia antara 18 dan 40 tahun berniat membeli perhiasan emas murni.

Pembeli emas di China kini semakin berusia muda, karena penurunan pasar properti, melemahnya saham dan mata uang, serta rendahnya suku bunga deposito bank telah membuat mereka memiliki semakin sedikit pilihan untuk menabung ketika kondisi ekonomi sulit.

Suku bunga deposito satu tahun di bank-bank besar China berkisar antara 1,5% hingga 1,8% dan telah menurun dalam beberapa bulan terakhir.

Diskusi media sosial di China tentang akumulasi emas berlimpah, dengan pengguna merekomendasikan perhiasan kecil dan “biji” emas seperti sekecil satu gram yang dapat dibeli bahkan oleh mereka yang berpenghasilan rendah.

China sendiri adalah pembeli emas fisik terbesar di dunia dan para analis mengatakan bahwa Negeri Tirai Bambu tersebut telah menjadi pendorong yang semakin penting di balik kenaikan harga emas spot global, yang mencapai titik tertinggi sepanjang masa baru-baru ini.

Para analis memperkirakan permintaan China terhadap logam safe haven akan tetap tinggi karena pertumbuhan ekonomi melemah di tahun-tahun mendatang dan arus keluar investasi asing membebani yuan, sementara pasar properti masih mencari titik terendah.

Potensi Harga Emas Dunia

Harga emas dunia pada 2023 diramal akan memecahkan rekor seiring dengan potensi pemangkasan suku bunga dan konflik yang tidak kunjung mereda. Hal ini menyebabkan permintaan terhadap logam mulia meningkat.

J.P. Morgan melihat adanya “peningkatan reli” untuk emas pada pertengahan tahun 2024, dengan target puncak US$2.300 per troy ons dengan dorongan perkiraan penurunan suku bunga. UBS memperkirakan rekor US$2,150 per troy ons pada akhir tahun 2024 jika pemotongan tersebut terjadi.

Dewan Emas Dunia (WGC), dalam proyeksinya pada tahun 2024, memproyeksikan bahwa penurunan sekitar 40 hingga 50 basis poin pada imbal hasil dengan jangka waktu yang lebih lama, setelah penurunan suku bunga sebesar 75-100 poin, dapat menghasilkan kenaikan sebesar 4% pada harga emas.

 

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

No Comments

Post a Comment