Hati-Hati! Harga Emas Bak Roller Coaster Jelang Pengumuman The Fed
PT. Equityworld Futures Manado – Harga emas mengawali perdagangan dengan menguat di tengah pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reverse (The Fed) dalam menentukan kebijakan arah suku bunga bank sentral.
Pada perdagangan Selasa (19/3/2024) harga emas di pasar spot ditutup melemah 0,13% di posisi US$2.157,22 per troy ons. Pelemahan ini berbanding terbalik dengan penguatan pada hari sebelumnya. Pelemahan kemarin juga membuat pergerakan emas seperti roller coaster menjelang pengumuman kebijakan The Fed.
Dalam tiga hari perdagangan terakhir, harga emas ditutup berubah-ubah dari melemah pada Jumat kemudian menguat pada Senin pekan ini dan kembali melemah pada Selasa kemarin.
Sementara, hingga pukul 06:20 WIB Rabu (20/3/2024), harga emas di pasar spotĀ menguat atau naik 0,015% di posisi US$2.157,54 per troy ons.
Harga emas melemah pada perdagangan Selasa karena menguatnya dolar AS sehari sebelum The Federal Reserve (The Fed) memberi sinyal sikap suku bunganya pada akhir pertemuan kebijakan dua hari bank sentral Amerika Serikat (AS). The Fed akan mengumumkan kebijakan pada hari ini atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Dolar AS sempat kembali ke level 104 sebelum ditutup lebih rendah dengan menguat 0,36% di level 103,8. Pencapaian tersebut menyentuh level tertinggi lebih dari dua minggu, membuat emas lebih mahal bagi pembeli di luar negeri.
“Emas terlihat kelelahan untuk menguat karena posisinya bergerak cepat selama satu atau dua minggu terakhir dan sekarang mengambil sedikit jeda karena perkiraan The Fed sedikit turun,” ujar Ryan McKay, ahli strategi komoditas di TD Securities, kepada Reuters.
“Untuk saat ini kami tidak memperkirakan adanya reli emas dalam waktu dekat. Namun pada saat yang sama, kami juga tidak memperkirakan adanya aksi jual besar-besaran karena pasar fisik tetap kuat dan posisinya masih cukup bullish,” tambah McKay.
Emas global di pasar spot berhasil mencetak kenaikan tertinggi pada 11 Maret 2024 di posisi US$ 2.182,47 per troy ons. Emas berkali-kali mencetak rekor pada Maret tahun ini.
Namun, harga turun hampir 1% minggu lalu setelah rilis harga konsumen dan harga produsen AS periode Februari yang lebih panas dari perkiraan, sehingga mengurangi harapan penurunan suku bunga The Fed lebih awal karena ancaman inflasi yang terus-menerus.
Inflasi yang lebih tinggi mendorong The Fed untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi, sehingga membebani emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Meskipun The Fed secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga stabil pada Rabu, pasar menunggu komentar dari Ketua The Fed Jerome Powell setelahnya mengenai prospek suku bunga terbarunya.
Sementara itu, Bank Sentral Jepang (BoJ) mengakhiri kebijakan suku bunga negatif selama delapan tahun dan menjadi kenaikan pertama sejak 17 tahun terakhir.
Suku bunga BoJ naik 10 basis poin (bp) menjadi kisaran 0%-0,1%, dari sebelumnya di level -0,1%, level terendah selama delapan tahun terakhir.
Hal ini sudah sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya yang memperkirakan bank sentral Negeri Sakura tersebut akan mengakhiri kebijakan moneter ultra longgarnya.
Harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat. Kondisi ini tak menguntungkan emas karena dolar yang menguat membuat emas sulit dibeli sehingga permintaan turun. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.
Namun, suku bunga yang lebih rendah akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury melemah, sehingga dapat menurunkan opportunity cost memegang emas. Sehingga emas menjadi lebih menarik untuk dikoleksi.
CNBC Indonesia Research
research@cnbcindonesia.com
No Comments