Blog

IHSG Cetak Rekor Lagi, 5 Saham Ini Juga Ikut Terbang

08:04 14 March in Business, Commodity, Economy, Global, Gold, Market Review, Uncategorized
0 Comments
0

PT. Equityworld Futures Manado – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau kembali menguat dan lagi-lagi mencetak rekor tertingginya pada perdagangan sesi I Kamis (14/3/2024), meski investor sedang menanti rilis data ekonomi di global pada pekan ini.

Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG naik tipis 0,07% ke posisi 7.426,67.Sebelumnya, IHSG sempat mencapai level tertinggi intraday di 7.454,448. Namun selang beberapa menit, penguatan IHSG cenderung terpangkas. Adapun terakhir IHSG mencetak rekor tertingginya yakni pada Rabu kemarin di 7.421,21.

Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 5,9 triliun dengan melibatkan 8,7 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 783.309 kali.

Secara sektoral, sektor energi menjadi penopang IHSG pada sesi I hari ini yakni mencapai 1,83%.

Di tengah IHSG yang kembali mencetak rekor tertingginya pada sesi I hari ini, ada beberapa saham yang penguatannya cukup kencang. Berikut daftar sahamnya.

Emiten Kode Saham Harga Saham Terakhir Perubahan
Pelat Timah Nusantara NIKL 430 25,00%
Surya Semesta Internusa SSIA 910 17,42%
Alfa Energi Investama FIRE 108 17,39%
Delta Dunia Makmur DOID 408 13,33%
Asuransi Harta Aman Pratama AHAP 138 12,20%

Sumber: RTI

Emiten produsen tinplate yakni PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) atau Latinusa menjadi saham yang paling kencang penguatannya pada sesi I hari ini, yakni mencapai 25% ke posisi Rp 430/saham. Bahkan, saham NIKL sudah menyentuh auto reject atas (ARA).

Baca Juga : Tahan Banting! Harga Emas Bangkit Lagi Setelah Jatuh 1%

Belum diketahui penyebab pasti terbangnya saham NIKL pada sesi I hari ini.

IHSG kembali mencetak rekor tertinggi sementaranya setelah kemarin mencetak rekor lagi di 7.421,21. IHSG kembali menguat di tengah sikap investor yang menanti rilis data ekonomi penting di dalam negeri dan luar negeri.

Pertama, akan ada rilis data klaim pengangguran mingguan yang akan semakin melengkapi kondisi pasar tenaga kerja di AS secara keseluruhan.

Jumlah orang yang mengklaim tunjangan pengangguran di AS diproyeksi naik jadi 218 ribu untuk pekan yang berakhir pada 9 Maret 2024, dibandingkan minggu sebelumnya sebesar 217.000.

Angka dari jumlah klaim pengangguran yang meningkat akan menjadi sentimen baik. Karena dipandang menjadi ‘pelicin’ bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk menurunkan suku bunga segera.

Pada pekan lalu, Ketua The Fed Jerome Powell dalam pidatonya kepada anggota parlemen AS memperkirakan akan menurunkan suku bunga acuannya pada tahun ini. Namun secara tepat kapan turun masih belum bisa dipastikan.

“Jika perekonomian berkembang secara luas seperti yang diharapkan, kemungkinan akan tepat untuk mulai menarik kembali pembatasan kebijakan pada suatu waktu di tahun ini,” kata Powell dalam pidatonya yang disiapkan untuk disampaikan pada sidang di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR.

“Tetapi prospek ekonomi masih belum pasti, dan kemajuan menuju sasaran inflasi 2% masih belum terjamin,” tegasnya.

Berikutnya, pada nanti malam juga akan rilis data mengenai inflasi produsen di AS yang diproyeksi meningkat. Ini mengikuti rilis inflasi konsumen atau CPI pada kemarin lusa

Melansir data Trading Economic, price producer index (PPI) diproyeksikan tumbuh lebih tinggi pada Februari 2024 sebesar 1,1% secara tahunan (yoy) dibandingkan pada Januari sebesar 0,9% yoy.

Kendati begitu, untuk indeks harga produsen inti atau core PPI pada Februari 2024 diperkirakan tetap bisa melandai dengan pertumbuhan 1,9% yoy dibandingkan bulan sebelumnya 2% yoy.

Kemudian ada rilis data juga terkait penjualan ritel di AS untuk periode yang sama. Konsensus Trading Economic memproyeksikan penjualan ritel di negeri Paman Sam ini bisa merangkak naik 1% yoy.

Sebagai informasi, pada bulan sebelumnya penjualan ritel AS jatuh ke 0,6% yoy. Ini menjadikannya sebagai pertumbuhan terendah sejak Mei 2020 lalu.

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

No Comments

Post a Comment