China Pangkas Suku Bunga Dahului The Fed, Pasar Saham Bersorak
PT. Equityworld Futures Manado – Bursa saham China bersorak menyusul keputusan bank sentral untuk memangkas suku bunga demi memacu ekonomi yang sedang lesu.
Bursa Shanghai dan Shenzhen menguat pada Senin setelah Tahun Baru Imlek, memimpin kenaikan di sebagian besar pasar Asia berkat dorongan liburan yang mendorong pengeluaran di atas tingkat sebelum pandemi.
Keduanya sempat turun pada awal perdagangan Selasa. Namun, ketika People’s Bank of China (PBOC) mengumumkan pihaknya menurunkan suku bunga pinjaman lima tahun (LPR), yang digunakan untuk menentukan harga hipotek, dari 4,2% menjadi 3,95%, pasar mampu bangkit pada penutupan.
Langkah-langkah yang diambil Beijing itu diambil demi mengimbangi kenaikan suku bunga di negara-negara besar lainnya, ketika negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut sedang berjuang melawan krisis sektor properti yang berkepanjangan dan perlambatan global.
Kebijakan PBOC, yang bertujuan mendorong bank-bank komersial untuk memberikan lebih banyak kredit dengan suku bunga yang lebih baik, merupakan pemangkasan terbesar sejak LPR utama diubah pada 2019.
Baca Juga : Timur Tengah Kembali Memanas, Emas pun Berkilau Lagi
Meskipun penurunan suku bunga mungkin memberikan keringanan, Stephen Innes dari SPI Asset Management, menyarankan untuk tak berekspektasi berlebihan.
“Pemerintah kemungkinan akan memprioritaskan langkah-langkah sedikit demi sedikit dibandingkan menerapkan paket stimulus fiskal yang besar,” katanya, dilansir AFP, Selasa (20/2/2024).
“Pendekatan yang hati-hati ini mencerminkan pergeseran dari model ‘pertumbuhan dengan segala cara’ sebelumnya, dengan penekanan saat ini pada pencapaian swasembada teknologi dan memastikan stabilitas makro-keuangan.”
Louise Loo, kepala bidang ekonomi di Oxford Economics mengatakan pergerakan asimetris ini menandakan berlanjutnya preferensi pihak berwenang terhadap pelonggaran yang ditargetkan, dan keinginannya untuk meningkatkan dukungan bagi sektor properti,” tuturnya, dilansir CNBC International.
“Besarnya langkah yang diambil saat ini juga menunjukkan – dalam pandangan kami – adanya kekhawatiran yang tulus di kalangan pembuat kebijakan di Beijing bahwa pelonggaran kebijakan yang dilakukan secara bertahap dan perlahan-lahan yang diterapkan sejauh ini hanya berdampak kecil,” imbuhnya.
Namun, Loo menambahkan, masalah properti di China pada akhirnya tidak terkait dengan hipotek. Langkah yang diambil saat ini dapat meningkatkan permintaan pada margin, namun perlu diterapkan dan dilihat dalam konteks tindakan yang lebih luas untuk mengelola proses koreksi properti yang tidak dapat dihindari.
China menghitung suku bunga utama pinjamannya setiap bulan setelah 20 pemberi pinjaman komersial yang ditunjuk mengajukan usulan suku bunga mereka kepada PBOC. Suku bunga pinjaman utama ini biasanya bergerak seiring dengan suku bunga kebijakan jangka menengah, yang tidak diubah oleh PBOC untuk bulan Februari pada hari Minggu.
The Fed & ECB
Dengan pasar AS yang tutup pada Senin untuk hari libur, investor masih harap-harap cemas dengan kebijakan Federal Reserve AS (The Fed) dan Bank Sentral Eropa (ECB) terkait penurunan suku bunga.
“Pasar telah menyesuaikan diri dengan gagasan bahwa penurunan suku bunga akan dilakukan kemudian dan mungkin kurang penting dibandingkan perkiraan semula,” tutur Vincent Juvyns, ahli strategi pasar global untuk JPMorgan Asset Management, kepada Bloomberg TV sebagaimana dikutip dari AFP.
Di Asia, bursa saham Tokyo dan Hong Kong menguat pada pembukaan Selasa, dengan investor menunggu arahan lebih lanjut dari Wall Street.
cnbcindonesia.com/market
No Comments