Blog

Jangan Takut Dolar AS ke Rp15.800, Ini Alasan Chatib Basri

08:08 29 January in Business, Commodity, Economy, Global, Gold, Market Review, Uncategorized
0 Comments
0

PT. Equityworld Futures Manado – Menteri Keuangan di era Presiden SBY Chatib Basri mengungkapkan nilai tukar rupiah masih relatif stabil dan depresiasinya belum signifikan jika dibandingkan dengan negara lain.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka menguat di angka Rp15.800/US$ atau naik tipis 0,09%. Penguatan sejalan dengan apresiasi yang terjadi kemarin (26/1/2024) sebesar 0,03%. Minggu lalu, rupiah memang bergerak fluktuatif dan hampir mendekati Rp 15.900/US$.

“Kalau dilihat relative stabil exchange rate kita, kan rangenya ada di kisaran itu, dan saya selalu lihat depresisai rupiah masih relative lebih kecil dari mata uang negara lain, kalau ada penurunan 200 perak, gak apa-apa lah,” kata Chatib saat dijumlah di acara IIF, Senin (29/1/2024).

Pasar sendiri tengah menunggu kebijakan suku bunga bank sentral AS (The Fed) pekan ini. Chatib memperkirakan the Fed akan menurunkan suku bunga sebanyak 2-3 kali di paruh kedua tahun ini.

Namun, tantangannya defisit AS masih besar, jadi akan ada kebutuhan penerbitan bond yang cukup besar. Kendati demikian, penurunan suku bunga ini seharusnya menjadi sentimen penguat bagi rupiah.

Baca Juga : Pekan Sangat Menentukan Buat Emas, Harganya Bisa Kaya Roller Coaster

“kalau fed itu menurunkan suku bunga, mestinya rupiah bisa menguat, tapi faktor dari exchange rate kan gak hanya itu ada banyak hal,” ungkapnya.

Chief Economist Trimegah Sekuritas, Fakhrul Fulvian mengatakan sentimen dari dalam negeri terkait gejolak politik dan isu mundurnya 15 menteri menjadi penekan utama pelemahan rupiah. Selain itu kembali melemahnya ekspektasi terhadap percepatan pemangkasan suku bunga acuan The Fed turut mendorong wait & see pelaku pasar.

“Seminggu terakhir sentimennya berubah, ada cerita gonjang-ganjing politik yang terjadi di dalam neger dan di satu hal lagi, kita harus aware bahwa The Fed tidak akan secepat itu menurunkan suku bunga, jadinya seminggu terakhir wajar ada koreksi di pasar,” ungkap Fakhrul kepada CNBC Indonesia TV.

Menurutnya, pengaruh pelemahan rupiah saat ini, 60% dipengaruhi oleh isu internal dan sisanya 40% eksternal. Kendati demikian, dia menegaskan dampak pernyataan Presiden Joko Widodo yang menuturkan perihal Presiden dan pejabat boleh berkampanye tidak memberikan dampak besar kepada pasar keuangan.

“Yang perlu diperhatikan sebenarnya adalah isu menteri yang akan mundur,” tegasnya.

 

cnbcindonesia.com/market

No Comments

Post a Comment