Blog

Ekonomi Amerika Bikin Was-Was, Pemilik Emas Jadi Cemas

02:15 21 December in Business, Commodity, Economy, Global, Gold, Market Review, Uncategorized
0 Comments
0

PT. Equityworld Futures Manado – Harga emas di pasar spot dibuka lebih tinggi pada awal perdagangan pagi ini, setelah ambles pada perdagangan sebelumnya. Harga emas bergerak labil di tengah sikap hati-hati pelaku pasar menanti data ekonomi Amerika Serikat (AS).

Pada perdagangan Rabu (20/12/2023) harga emas di pasar spot ditutup melemah 0,54% di posisi US$ 2029,19 per troy ons.

Sementara, hingga pukul 06.00 WIB Kamis (21/12/2023), harga emas di pasar spot bergerak lebih tinggi atau naik 0,13% di posisi US$ 2031,89 per troy ons.

Harga emas sedikit terkoreksi pada perdagangan Rabu. Kini para pelaku pasar bersiap untuk serangkaian data ekonomi yang akan dirilis akhir pekan ini yang dapat memberikan petunjuk baru mengenai jalur kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS).

Indeks dolar berdetak lebih tinggi, membuat emas batangan kurang menarik bagi pembeli luar negeri.

Pada perdagangan Rabu (20/11/2023) indeks dolar AS bergerak lebih tinggi atau naik 0,26% di level 102,06. Imbal hasil Treasury AS 10 tahun turun 1,76% di level 3,85%.

Harga emas diperkirakan akan stabil di atas US$2.000 per troy ons dan sebagian besar diperdagangkan lebih tinggi dengan mempertimbangkan risiko geopolitik di pasar, termasuk pemilu AS tahun depan, yang dapat mendorong pengelola keuangan untuk meningkatkan portofolio emas mereka, menurut Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, dilansir dari Reuters.

Kebijakan The Fed yang mulai dovish juga akan ikut menopang emas. Pekan lalu, The Federal Reserve (The Fed) AS mengindikasikan fase pengetatan moneter telah berakhir dan penurunan suku bunga akan terjadi pada tahun 2024.

Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic pada Selasa mengatakan saat ini tidak ada “urgensi” untuk menurunkan suku bunga AS mengingat kekuatan perekonomian.

perangkat CME FedWatch memperkirakan peluang penurunan suku bunga sekitar 79% pada bulan Maret 2024.

Analis Intesa Sanpaolo mengatakan dalam waktu dekat, emas dapat diperdagangkan antara US$1.950 dan US$2.150, dengan volatilitas yang dipicu oleh data makroekonomi dan ekspektasi terkait penurunan suku bunga AS di masa depan dan risiko geopolitik yang tidak terduga.

“Mengingat perkiraan prospek ekonomi makro kami, dan risiko geopolitik dan resesi yang signifikan yang membebani perekonomian global, kami berpendapat bahwa tahun 2024 dapat menjadi tahun yang positif bagi emas.” tuturnya, dikutip dari Reuters.

Pelaku pasar emas menunggu sejumlah data ekonomi AS minggu ini, termasuk laporan indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti bulan November, ukuran inflasi dasar yang disukai The Fed yang akan dirilis pada hari Jumat.

Diketahui, tingkat inflasi Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) tahunan di AS menurun menjadi 3% pada periode Oktober 2023, tingkat terendah yang belum pernah terlihat sejak Maret 2021, dari 3,4% pada periode September 2023.

Malam hari ini, AS akan merilis data pertumbuhan ekonomi secara tahunan pada kuartal III-2023.

Konsensus menilai laju pertumbuhan PDB meningkat menjadi 5,2% (year on year/yoy dari yang sebelumnya 2,1% yoy pada kuartal II-2023. Jika hal tersebut terjadi, maka pertumbuhan terkuat terjadi sejak kuartal IV-2021.

Ketika perekonomian AS tumbuh dengan pesat, hal ini perhatian pelaku pasar karena artinya roda perekonomian AS cukup kencang yang berdampak pada inflasi AS cukup sulit untuk ditekan menuju target The Fed yakni 2%.

Dampak lanjutannya yakni pelaku pasar khawatir bahwa suku bunga AS berpotensi berada pada level yang tinggi dalam waktu yang cukup lama untuk menjaga agar lonjakan inflasi tidak terjadi.

Harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat. Kondisi ini tak menguntungkan emas karena dolar yang menguat membuat emas sulit dibeli sehingga permintaan turun. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.

Namun, suku bunga yang lebih rendah akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury melemah, sehingga dapat menurunkan opportunity cost memegang emas. Sehingga emas menjadi lebih menarik untuk dikoleksi.

 

CNBC Indonesia Research

research@cnbcindonesia.com

No Comments

Post a Comment