Harga Batu Bara Terbang 5%, Dikit Lagi Tembus US$ 150
PT. Equityworld Futures Manado – Harga batu bara kembali terbang dua hari beruntun hampir menyentuh level psikologis US$ 150. Melesatnya harga si pasir hitam diiringi dengan keputusan pengadilan Jerman memberikan bantuan kepada pembangkit listrik tenaga batu bara berkapasitas 1 GW dan aksi pasok ulang negara belahan bumi utara untuk menghadapi musim dingin.
Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Januari ditutup di posisi US$ 149,25 per ton atau melesat 5,11% pada perdagangan Kamis (7/12/2023). Kenaikan ini melanjutkan lonjakan yang 5,58% pada perdagangan Rabu kemarin. Dengan demikian, harga batu bara melesat hampir 11%.
Kenaikan besar secara persentase dua hari beruntun ini mematah sentimen negatif batu bara akan sikap China dan India yang menahan pembelian untuk mengendalikan harga. Dengan ini, harga batu bara berpotensi kembali memasuki fase tren penguatan.
Kenaikan harga batu bara terjadi seiring pengadilan Jerman yang memutuskan telah memberikan bantuan kepada pembangkit listrik tenaga batu bara terbaru, unit Datteln 4 yang berkapasitas 1,1 GW pada hari Kamis.
Mengutip Montel News, pengadilan tertinggi di negara tersebut menemukan bahwa terdapat kesalahan keputusan pengadilan yang lebih rendah bahwa izin pembangunan pabrik tersebut yang ditetapkan pada 2014 melanggar peraturan perencanaan negara. Pengadilan rendah diperintahkan untuk mengadili kembali kasus tersebut.
Pembangkit listrik tersebut, yang dioperasikan oleh Uniper, mulai berproduksi pada Mei 2020, menyusul persetujuan pemerintah sebelumnya untuk membiarkannya beroperasi hingga penghentian penggunaan bahan bakar batubara secara nasional pada 2038.
Baca juga : Harga Emas Terus Naik, Bisa Terbang Lagi Karena Pemilu AS
Keputusan pengadilan Jerman untuk memberi izin penggunaan pembangkit listrik berbasis batu bara ini tentunya mendorong kenaikan harga, mengingat Eropa sebagai kawasan yang lebih berkomitmen untuk mengetatkan penggunaan bahan bakar kotor ini.
Sentimen ini dapat mendorong permintaan batu bara global melonjak, mengingat batu bara ICE Newcastle memiliki spesifikasi kalori tinggi yang memiliki emisi lebih rendah sesuai kebutuhan Jerman.
Di sisi lain, Australia sebagai salah satu negara pemasok batu bara terbesar dengan kalori tinggi sedang mengalami permasalahan sisi pasokan yang disebabkan cuaca buruk. Menguti Coal Mint, kondisi cuaca buruk di Australia dapat memberikan tekanan pada ekspor.
Data menunjukkan ekspor batu bara termal Australia turun 7% secara bulanan (month to month/mtm) per 23 November.
Di sisi lain, permintaan China sebagai konsumen batu bara terbesar dunia dari Australia melonjak 19% menjadi 5,89 juta ton pada November. Peningkatan impor terjadi di tengah pemasokan kembali China menjelang musim dingin dan kendala pasokan di Tiongkok.
Pabrik-pabrik di Tiongkok bergantung pada pengiriman melalui laut karena harga yang fluktuatif dan tantangan pasokan akibat pemeriksaan yang sedang berlangsung di pabrik-pabrik Tiongkok. Namun, Tiongkok saat ini merupakan pembeli utama batubara Australia karena mereka memiliki pasokan untuk musim dingin dan membeli sesuai kebutuhan jenis batubara.
Masalah persediaan Australia yang terjadi di tengah lonjakan permintaan China dan diizinkannya pembangkit listrik batu bara Jerman menjadi faktor lonjakan signifikan 2 hari terakhir. Sebagai informasi, ketatnya persediaan dan tingginya permintaan dapat mendorong kenaikan harga batu bara.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
No Comments