Blog

Perusahaan Jumbo Siap IPO 2024

09:05 07 November in Business, Commodity, Economy, Global, Gold, Market Review, Uncategorized
0 Comments
0

PT. Equityworld Futures Manado – Sejumlah perusahaan besar, terutama BUMN dan anak usahanya, disebut-sebut akan melakukan penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) pada 2024 mendatang.

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengungkapkan akan ada sebanyak 12 perusahaan beraset besar yang akan mencatatkan sahamnya melalui IPO di pasar modal Tanah Air.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menjelaskan, hingga 3 November 2023 telah tercatat 74 Perusahaan yang mencatatkan saham BEI dengan dana dihimpun Rp 53,11 Triliun. Menurutnya ada 29 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI.

Rinciannya, dari ke-29 calon emiten tersebut terdapat 12 perusahaan beraset besar atau di atas Rp 250 miliar, sementara aset skala menengah ada sebanyak 17 perusahaan beraset menengah atau sekitar Rp 50 miliar hingga Rp 250 miliar.

Sementara, sektor emiten yang dimaksudnya, di antaranya empat perusahaan dari sektor material dasar, lima perusahaan dari sektor konsumer kritikal, lima perusahaan dari sektor konsumer non kritikal, tiga perusahaan dari sektor energi, satu perusahaan dari sektor kesehatan, tiga perusahaan dari sektor industri, empat perusahaan dari sektor infrastruktur, dan empat perusahaan dari sektor teknologi.

Dalam kesempatan berbeda, BEI sendiri menargetkan sebanyak 62 perusahaan melakukan IPO di 2024.

Lantas, apa saja perusahaan yang akan melakukan IPO besar selama tahun depan?

 

Pupuk Kaltim
Pupuk Kaltim merupakan salah satu perusahaan pelat merah yang masuk dalam daftar rencana IPO BUMN sebelumnya, bersamaan dengan PT Pertamina Hulu Energi. Namun, hingga saat ini wacana tersebut belum juga terealisasi.

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan, saat ini hal itu masih dalam pembahasan dengan manajemen Pupuk Kaltim. Sebab, sebelum IPO akan melakukan penyegaran manajemen terlebih dahulu.

“Kita lagi diskusi dengan direksi di sana. Ini memang kita akan melakukan reorganisasi dulu,” ujarnya dalam acara BUMN Report CNBC Indonesia, Jumat (1/9/2023).

Selain itu, nantinya juga akan diatur semacam pengelompokan perusahaan. Sebab, fokus pupuk selain menyediakan subsidi NPK (Nitrogen, Phosphat, Kalium), juga juga pupuk orea dan amonia yang produk yang sebenarnya ini market base.

Baca Juga : Harga Emas Jatuh! Tenang Masih Bisa Tembus US$ 2.000 Asal….

“Nah kita lagi atur supaya nanti ada semacam grouping company yang komersial dan non-komersial. Nah setelah di grouping nanti baru kita lihat, di group level mana yang kita akan lakukan IPO,” jelasnya.

“Karena kalau sekarang ini pupuk Kaltim kita IPO kan, nanti pupuk Kaltim yang paling profitable. Yang lainnya nanti enggak ketarik. Nah kita lagi recana untuk regrouping dulu, sebelum nanti kita mungkin tahun depan baru kita akan lihat ke IPO-nya. Tapi juga yang kedua, kan harus ada story-nya ya,” lanjutnya.

Tiko menambahkan, selain grouping company, pihaknya juga ingin ada reformasi menjadi chemical company.

“Tadi saya sampaikan bahwa pupuk kalau hanya berhenti di pupuk, tentunya ya dia marginnya terbatas. Tapi kalau nanti transformasinya ke chemical company, jadi masuk amoniak, jadi petanol dan sebagainya ini, tentunya secara nilai tambah kan lebih tinggi. Nah ini kita lagi bikin strategi tadi regrouping,” pungkasnya.

Palmco

Perkebunan sawit milik negara PalmCo juga berpotensi melantai di bursa tahun depan.

Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan, rencana PalmCo akan melakukan penawaran umum perdana saham alias IPO pada 2024 mendatang.

“Nah yang paling dekat di Palmco ya, yang untuk sawit kita,” ujarnya dalam BUMN Report CNBC Indonesia, Jumat (1/9/2023).

Pria yang akrab disapa Tiko ini menjabarkan, proses integrasi 450 ribu hektare kebun sawit yang di bawah PTPN 3, 4, 5, dan 6 sedang dalam proses finalisasi. “Tapi di sisi lain juga kita lakukan meningkatkan produktivitas dari sisi pandannya sendiri,” imbuhnya.

Menurutnya, PTPN ini menarik, sejak mengalami kerugian pada 2019 lalu, setelah restrukturisasi besar akan dipecah jadi ada PTPN sawit, PTPN gula, sama PTPN yang non-core. Pada PTPN sawit bukan hanya regrouping saja melainkan ada transformasi dari sisi operasional.

“Dulu jujur kita itu punya produktivitas kebun itu jauh di bawah produktivitas swasta, jauh. Nah dengan transformasi operasional 2-3 tahun ini, produktivitas mereka itu sekarang sudah sesuai dengan benchmark. Pemain nasional yang kuat lah, dan lain-lain lah,” jelasnya.

Tiko menyebut, dengan produktivitas saat ini PTPN melalui PalmCo dinilai layak untuk melaksanakan IPO. “Tapi kita mungkin tunggu sampe integrasi dulu, mungkin semester I-2024,” imbuhnya.

“Dan kemudian kita juga ingin juga melihat potensi mereka untuk masuk ke downstream. Karena kan kalau sawit ini kan gak cuma berhenti di CPO ya, bisa jadi minyak goreng, itu kan, tapi kemudian yang banyak yang masuk oleochemical. Nah oleochemical ini kan masuk ke diesel dan sebagainya,” lanjutnya.

Tiko menambahkan, selain melakukan pengelompokan, PTPN sektor sawit ini juga dituntut untuk meningkatkan produktivitas agar bisa masuk ke produk hilirnya. “Oleochemical, biodiesel, dan sebagainya. Nah itu saya rasa storynya jadi menarik, karena nanti ini kan kalau biodiesel ini kan masuk menjadi bagian dari green economy juga,” imbuhnya.

“Jadi mereka tidak hanya menjualan sawit dalam konteks buah sawitnya atau CPO-nya, tapi juga jualan renewable energy dalam bentuk biodiesel,” pungkasnya.

Kimia Farma Apotek

Meski bukan pada tahun depan, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) bersiap untuk melaksanakan Initial Public Offering (IPO) anak usahanya Kimia Farma Apotek paling lambat 2025.

“Semua masih disiapkan, belum sampai ke arah sana (izin), proyeksinya di 2025. Harus dipersiapkan dulu lah,” ungkap Sekretaris Korporasi KAEF Ganti Winarno Putro mengatakan saat ditemui wartawan pada Selasa, (31/10/2023).

Ganti menambahkan, pihaknya juga mempertimbangkan kondisi perekonomian juga.

Rencana IPO ini bertujuan untuk mendukung pengembangan usaha Kimia Farma Apotek. Dengan dana segar tersebut, perusahaan berharap dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan ekspansi bisnisnya.

Hingga kini, Kimia Farma Apotek yang telah menguasai pasar dengan memiliki sekitar 1.250 cabang. Namun, detail lebih lanjut tentang IPO masih belum tersedia karena belum ada kesepakatan yang final.

Selain memboyong anak usahanya IPO, Kimia Farma juga tengah menyiapkan berbagai strategi untuk pertumbuhan ke depan.

Terpisah, Direktur Utama KAEF David Utama mengatakan pihaknya akan mengembangkan inovasi produknya salah satunya di kategori OTC. Selain itu, penjualan produk vitamin dan suplemen juga akan digenjot lagi.

“PT Kimia Farma Tbk terus melakukan upaya dalam melakukan penguatan portofolio produknya, antara lain penguatan produk-produk vitamin, mineral, dan suplemen (VMS), dimana kebutuhan produk VMS diperkirakan akan meningkat di tahun-tahun selanjutnya,” ujar David, dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (1/11/2023).

Asal tahu saja, sejumlah IPO jumbo, baik BUMN maupun para taipan, tercatat selama 2023.

Untuk menyebut beberapa emiten nikel PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), emiten geotermal milik Prajogo PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan geotermal BUMN PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), hingga emiten tambang tembaga-emas Grup Salim dan keluarga Panigoro PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN).

 

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com

No Comments

Post a Comment