Blog

Picture Source : ajaib.co .id

Kalau Gak Ada Perang, Harga Emas Pasti Ambruk Karena AS

07:31 13 October in Business, Commodity, Economy, Global, Gold, Market Review, Uncategorized
0 Comments
0

PT. Equityworld Futures Manado – Harga emas anjlok setelah data menunjukkan inflasi Amerika Serikat (AS) masih melaju kencang. Harga emas di pasar spot pada perdagangan Kamis (12/10/2023), ditutup di posisi US$ 1.868,45 per troy ons. Harganya ambruk 0,26%.

Pelemahan kemarin menjadi pembalikan arah setelah emas terbang 0,73% pada perdagangan hari sebelumnya. Harga emas mulai menguat pada hari ini. Pada perdagangan Jumat (13/10/2023) pukul 06:16 WIB, harga emas menguat tipis 0,08%.

Harga emas tumbang karena masih kencangnya inflasi AS.
Inflasi AS di luar dugaan melaju kencang pada September 2023. Inflasi AS menembus 0,4% (mtm) dan 3,7% (yoy) pada September 2023. Pada Agustus 2023, inflasi AS tercatat 0,6 (mtm) dan 3,7% (yoy) pada Agustus 2023. Sementara itu, inflasi inti mencapai 0,2% (mtm) dan 4,1% (yoy) pada September 2023. Inflasi melaju lebih kencang dibandingkan ekspektasi pasar yakni 0,3% (mtm) dan 3,6% (yoy).

Data inflasi membuat pasar kecewa karena mencerminkan masih panasnya ekonomi AS. Kondisi ini pada berujung pada ketatnya kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) ke depan. Inflasi September masih jauh dari target sasaran The Fed yakni 2%.

Inflasi juga diperkirakan sulit turun ke depan karena tingginya imbal hasil US Treasury serta lonjakan harga energi akibat perang Israel vs Hamas. US Treasury tenor 10 tahun kini mendekati 5% dan diyakini akan membuat bunga pinjaman perumahan melesat sehingga inflasi pada sektor tersebut sulit turun ke depan.

Inflasi AS yang masih kencang ini meningkatkan ekspektasi pasar jika The Fed masih akan galak ke depan.

Perangkat FedWatch Tool menunjukkan hanya 14,96% pelaku pasar memperkirakan adanya kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada November mendatang. Angka ini turun dibandingkan hari sebelumnya yang mencapai 9,1%.

Meningkatnya kekhawatiran pelaku pasar akan kebijakan ketat hawkish mendorong kenaikan imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun ke level 4,71%, lebih tinggi dibandingkan 4,59% pada perdagangan sebelumnya.  Emas tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.

Inflasi juga diperkirakan sulit turun ke depan karena tingginya imbal hasil US Treasury serta lonjakan harga energi akibat perang Israel vs Hamas. US Treasury tenor 10 tahun kini mendekati 5% dan diyakini akan membuat bunga pinjaman perumahan melesat sehingga inflasi pada sektor tersebut sulit turun ke depan.

“Data inflasi yang masih panas sudah cukup kuat untuk membuat emas terkoreksi. Namun, yang menarik itu belum memicu penjualan secara besar-besaran. Ada faktor ketegangan geopolitik yang ikut menopang emas,” tutur analis emas Tai Wong, kepada Reuters.

Emas adalah aset aman yang dicari investor saat terjadi ketegangan geopolitilk. Seperti diketahui, dunia masih dibayangi oleh memanasnya perang Israel vs Hamas dalam sepekan terakhir.

Selain perang, analis OANDA Edward Moya menjelaskan ada peluang ekonomi AS mengalami perlambatan sehingga ikut mendongkrak emas.

“Jika tanda-tanda ekonomi AS mengalami perlambatan semakin nyata maka emas bisa menguat. Perkiraan saya emas akan bergerak di angka US$ 1.860-1.920,” tutur Moya.

 

CNBC INDONESIA RESEARCH

No Comments

Post a Comment